War Is Over - chapter 2


Hari kelulusan sudah selesai, Fio pulang dengan membawa buket mawar putih ditangannya. Hari itu benar-benar sangat melelahkan, rasanya ingin sekali berendam dikolam uang. Tidak tau sudah berapa kali Fio terus menciumi buket mawar pemberian Abin.
Kadang kali dia tersenyum ketika menciumnya.

"Mawar putih? Hahaha" tawanya. 

Dia kemudian meletakan buket itu dengan kasar, selalu saja ada perasaan kesal ketika mengingat kejadian tadi dihari kelulusan. Merasa bodo dan terus menyesal. Itulah yang kini Fio sedang rasakan, harusnya dia tidak pernah menaruh perasaan lebih pada hubungan yang hanya sebatas sahabat. 

"Ck, sialan Abin! Dia meledekku dengan memberikan mawar putih ini. Apa katanya? Selamat menulis cerita baru, Fi." Ucap Fio dengan menuruti gaya bicara Abin.

"Cerita baru apanya? Padahal dia sudah tahu jika semua tinta sudah habis untuk menulis ceritanya." Dumel Fio sembari membersihkan make upnya. 

Fio melihat dirinya dicermin, melakukan beberapa gerakan tersenyum. Ada rasa tidak percaya diri ketika melihat dirinya, apalagi setelah melihat gadis yang bersama Abin tadi. Cavita Bintang, nama gadis itu. Sangat cantik, pantas saja Abin menyukainya. 

Fio tertawa, dia mulai menertawakan kebodohan dirinya sendiri. Jika saja waktu itu dia menuruti perkataan Abin untuk tidak terlalu berharap pada manusia, pasti sekarang dia gak pernah tau sulitnya mengikhlaskan. 

Tiga tahun mencintai seseorang secara diam-diam, bukan hal yang mudah. Menahan agar perasaan tidak terus berkembang itu sulit, apalagi selalu meluangkan waktu bersamanya hahaha dasar ya selalu mencari penyakit! Jika sudah menyesal begini pasti akan ada kata "harusnya" yang memang seharusnya dikuti oleh Fio sejak dulu.

"Harusnya aku gak kenal Abin"
"Harusnya percaya perkataan Arsela, bahwa gak mungkin kalau cowo ganteng seperti Abin tidak memiliki seorang kekasih."
"Harusnya dari dulu gak pernah nungguin Abin buat move on" pikir Fio. 

Hari-hari  yang Fio jalani seperti biasa saja, hanya saja selama beberapa hari Fio sangat tidak nafsu untuk melakukan kegiatan apapun. Jujur saja, masih ada secuil harapan untuk bersama Abin meski rasanya mustahil.

Fio pikir  kesedihannya hanya sampai situ saja, tapi ternyata tidak. Hingga pada akhirnya, ada hal yang membuat dia benar-benar harus melupakan Abin. Matanya terus saja menatap ponsel tanpa berkutik sekalipun. Abin sangat tampan dengan kemeja hitam itu, sangat serasi dengan dress Bintang yang berwarna peach.

Gandengan tangan yang mesra dan selalu diimpikan oleh Fio. Jari manis Bintang sangat begitu cantik dengan cincin. Cincin yang sama yang kala itu Fio dan Abin pilihkan. Ah, betapa beruntungnya Bintang memiliki calon suami seperti Abin. 

Panggilan masuk daru Arsela membuat Fio sadar dari lamunannya. 

"Fio, udah liat story ig nya Abin?" Tanya Arsela, dan hanya dijawab dengan deheman saja.

"Jangan sedih ya, aku ada disini Fi. Kalo kamu butuh tempat cerita, zekarag juga aku ke rumaj kamu" ucap Fio.

"Aku makin merasa gak cocok buat siapapun deh Sel" ucap Fio.

"Loh. Ngerasa begitu? Padahal aku ngerasa kamu cocok dengan artis kesayangan mu itu." Ledek Arsela. 

Sejak saat itu, tak ada lagi komunikasi yang terjalin. Tak ada kabar yang terdengar tentang Abin begitupun dengan Fio yang kini sibuk dengan kesibukannya dan tak sempat mencari tahu tentang Abin.

"Abin apa kabar ya?" Batin Fio. 

Selalu saja ada perasaaan rindu akan sosok Abin. Tapi Fio percaya bahwa Abin pasti berbahagia dengan wanita pujaannya. Andai saja takdir membawanya dengan pertemuan yang tidak terduga bersama Abin. 


Bersambung...


Komentar

Postingan Populer