Mengejar Angka 1

sumber : pinterest

Satu, dua, tiga, empat, lima... 
Semua adalah angka-angka yang mungkin jika ditulis saja terlihat gampang. Tapi sebenarnya untuk mendapatkan angka tersebut sangat sulit. Butuh latihan dan bimbingan untuk bisa sampai diangka yang sempurna. 

Bukannya tugas orang tua itu selain mengajarkan sesuatu pelajaran pada anakknya, mereka juga mendampingi ketika anaknya sedang dalam tahap belajar ya? Ya seharusnya memang begitu sih peran orang tua yang baik dan sesungguhnya.

Jangan hanya menuntut untuk mengejar angka saja, tapi enggan memberi tahu bagaimana menulis angka.

Ini seperti kisah seorang gadis bernama Kayra, yang juga mati-matian mengejar suatu angka untuk menjadi no satu. Dia rela bergadang semalam demi mendapat nilai sempurna dari pada harus terus ikut les ketika nilainya tidak memenuhi kreterianya.

Kebetulan sekali, hari ini adalah pembagian hasil ulangan salah satu mata pelajaran ekonomi. Ah pelajaran yang paling Kayra tidak suka. Sang ketua kelas membagikan selembaraan hasil ulangannya, dan kini kertas putih itupun sudah berada ditangan kayra, dia masih belum melihat hasilnya. Perasaannya sangat campur aduk sekarang, ia berharap semoga kali ini nilainya bertambah dari hari kemarin. 

"Kay, dapet berapa?" Tanya Cia yang kemudian duduk dikursi sebelah. Kayra menggelengkan kepelanya.

"Belum dilihat" jawabnya.

"Ah pasti kamu dapet nilai yang besar" ucap Cia sembari menghela nafasnya. "Lihat Kay! Aku seneng banget bisa dapat 75, akhirnya di atas KKM. Gak ngulang lagi deh" lanjutnya tersenyum sumringah.

"Wah Cia keren" puji Kayra.

"Hahaha terima kasih, coba sekarang liat yang kamu Kay" ujar Cia.

Kayra kemudian membalikan kertasnya. Pupil matanya melebar, sangat terlihat dengan jelas wajah cantiknya itu menampilkan ekspresi terkejut. Kayra terus memandang kertasnya, tidak mengucapkan apapun. Hal ini membuat Cia penasran dan bertanya.

"Kenapa Kay? Hasilnya memuaskan, kan? tanya Cia. Kayra menggelengkan kepalanya dan berdecak kesal.
 
"Ck kenapa segini sih" ucapnya.

"Kenapa kay? Coba Cia lihat Kay" ucap Cia mengambil kertas Kayra. Sama hanya dengan Kayra, Cia pun terkejut melihat nilai Kayra. 

"Wah gila! Kayra, kamu dapat 95? Keren banget, nilai kamu yang paling tinggi loh."  Ucap Cia dengan antusias. 

Kayra masih sibuk berbicara sendiri, dia seperti sedang kesal pada dirinya. 
"Ck 95? Kenapa harus segini Kay? Harusnya dapat 100 Kayra!" Ucapnya pada diri sendiri.

"Loh Kay? Kenapa? Gak papa dong dapet 95 juga, ini paling bagus loh diantara kita semua" ucap Cia.

"Engga Cia, cuma naik dua angka doang gak ada yang bagus." jawab Kayra dengan sedikit emosi.

"Ya tapi kan setidaknya ada peningkatan Kay" ucap Cia yang mencoba menenangkan Kayra.

"Tapi ini gak sebanding sama apa yang udah aku kelurin untuk semuanya. Ini kenapa salah begini sih? Padahal udah aku hitung semuanya sesuai rumus" gumamnya sembari meneliti kertas ulangannya lagi.

"Udah lah Kay, lupain aja udh beres juga ulangannya. Nilainya pasti udah di sebar juga di grup orang tua." Ucap Cia.

Justru itu, itu yang membuat Kayra ketakutan. Nilai yang sudah disebar di grup. Kayra melirik Cia dengan tajam, ntah kenapa dirinya sangat kesal. Lalu dengan sedikit nada yang tinggi, dia menyuruh Cia untuk meninggalkannya. Itulah sifat buruk Kayra, jika dia kesal maka orang yang berada di dekatnya akan kena imbas. Kayra bukan marah pada Cia tapi pada dirinya sendiri.

Perasaannya semakin gelisah, pasti hasil ulangan sudah tersebar di grup para wali murid. Batinnya sedang begulat. Nilai 95? Apa yang bisa dibanggakan dengan angka ini? Ah percuma saja menjadi nilai tertinggi di kelas tapi tidak bisa mendapat nilai sempurna. 

Kayra merasa benar-benar sangat kesal, hasil bergadang dan belajar semalaman hanya bisa menaikan dua angka saja? Rasanya itu tidak adil bukan? Karena dia belajar selama enam jam tapi hanya mendapat dua angka saja. 

Kegelisahannya bertambah ketika ada notifikasi masuk dari handphone-nya. Benar saja, mamanya pasti akan mengirimkan pesan jika sudah melihat nilai dari hasil anaknya. 
"Kayra, setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah dan jangan kemana-mana." Tulis mamanya.

Membaca pesannya saja sudah membuat Kayra sangat kelelahan, apalagi jika nanti dia sudah pulang. Bukan air dan cemilan yang disediakan, melainkan guru dan buku yang akan di sodorkan mamanya. 

"Ah sial! Pasti ini ada kesalah dalam mengoreksinya" gumamnya sendiri yang masih mencoba mencari letak kesalahannya sendiri.

"Ayolah Tuhan, bantu aku untuk menemukannya. " ucapnya sembari menghitung ulang hasil nilai ulangannya.

Bersambung...

Komentar

Postingan Populer