Rumah Singgah
Rumah adalah suatu bangunan yang memiliki suatu fungsi sebagai tempat berlindung, tempat kita pulang dan rumah akan selalu memberi kenyamanan untuk penghuninya.
Namun bagaimana dengan rumah yang tak bisa dijadikan sebagai tempat untuk pulang dan berlindung, apa masih bisa disebut dengan rumah?
Apa Kalian juga pernah berpikir "oh kaya gini loh kalau punya rumah, mau main jauh saja rasanya selalu ingat rumah." Namun ini bukan tentang lagi suatu bangunan, melainkan tentang seseorang yang kuanggap sebagai rumah.
Aku sangat suka cat rumah itu, tidak terlalu banyak warna tapi sangat bermakna. Rumahnya sederhana tapi anehnya bisa membuat banyak mata terpana. Tidak heran jika banyak yang ingin menjadikannya rumah, termasuk aku salah satunya.
Dia berhasil menggantikan suatu bangunan roboh yang bisa dikatakan sebagai rumah sungguhnya. Dia berhasil menjadi tempat untukku pulang, sejauh manapun aku pergi.
Tanpa aku bilang bahwa aku sedang ada dalam masalah, dia selalu bisa menebaknya.
"Ada yang mau diceritain? Cerita aja, kan ada aku. " Dia selalu memberi solusi untuk setiap masalah, menjadi air untuk setiap amarah, dia bisa menjadi segalanya tanpa banyak tanya.
Dia Ayzan, cinta pertamaku yang selalu kuanggap sebagai rumah. Entah apa yang dia lakukan sehingga membuatku ingin segera pulang. Ayzan adalah sesosok yang sederhana, dia juga tidak terlalu banyak bicara.
Diibaratkan aku sebagai si mulut yang banyak bicara, sedangkan Ayzan sebagai telinga. Mungkin jika dibuatkan sebagai suatu buku, entah berapa banyak halaman yang akan dicetak. Aku membuat kesalahan karena terlalu bergantung pada Ayzan, ada sedikit rasa kecewa pada diri sendiri.
"Argh...dia telalu banyak tahu tentangku. Dasar bego! Harusnya aku jangan banyak cerita."
Namun ucapan itu hanya bersifat sementara, Ayzan berhasil membuatmu seakan terkunci dalam rumah yang dia bangun dengan kenyamanan. Membiarkan ku menceritakan semuanya tanpa alasan, sejujurnya aku takut jika suatu saat nanti aku harus kehilangan rumah itu.
Dan ah, sialnya! Ketakutan itu benar terjadi. Tanpa sebab dan tanpa isyarat dia pergi entah kemana, menghilang tanpa kabar dan jejak. Rumah yang selalu aku rindukan dan tak pernah hilang dari pandangan, kini seakan lenyap begitu saja. Lagi dan lagi aku kecewa dengan ekspetasi diriku sendiri,
Aku meninggalkan semua barangku di rumah itu, dia tidak pernah sekalipun memberiku kesempatan untuk mencari dan berpindah ke rumah baru. Dalam waktu lama dia membuatku bagaikan pemiliknya, namun aku tersadar bahwa aku hanya sebagai tamunya.
Aku rindu rumahku, sekarang aku hanya bisa menepi sementara tanpa singgah dalam waktu lama.
Komentar
Posting Komentar