Maaf, Aku Masih Mencarinya
Setelah berpisah dengan mantanku. Aku mencoba untuk membuka lembaran baru dan tidak berfokus padanya, Perkenalkan aku adalah Aura, hari ini aku akan pergi berjalan bersama pria yang bisa dianggap sebsgai sahabtaku. Iya sahabat. Dia adalah Galen temanku di bangku perkuliahan, dia banyak mengetahui tentangku begitupun sebaliknya. Galen selalu mengajakku untuk mencoba hal baru.
Hari ini dia mengajakku untuk hanya sekedar keliling tanpa tujuan. Aku tersenyum, saat motornya sudah parkir di halaman rumahku. Senyumku tak bisa pudar. Manis, dia sangat manis dengan kacamata dan kemeja hitamnya itu. Untuk beberapa waktu lama aku menatapnya, rasanya perasaan rindu ini seperti sudah lama.
"Lama tidak bertemu ya" ucapku dengan senyuman yang terus mengembang dan berjalan ke arahnya. Dia juga tersenyum namun dengan sedikit raut wajah yang keheranan.
"Kenapa Ra, baru juga kemarin ketemu. Terus kenapa senyumnya gitu banget? Ada yang aneh sama aku?" Tanyanya yang membuat aku tersentak sadar
"Hah? Eh engga ko Gal" jawabku dengan senyum yang kikuk. "Jadi jalan?" Tanyaku
"Eumm...." gumamnya sembari sedang berpikir, "kalau jadinya jalan, kenapa bawa helm?" lanjutnya mengacak-acak rambutku. Menyebalkan! Padahal sudah ku tata dengan rapih dan sempurna.
"Kebiasaan ngacak-ngacak rambut mulu, cape tau natanya!" Dengusku dengan kesal sembari merapihkan rambut.
"Dih ngaco, orang baru pertama kali" ucapnya. Kemudian aku menatap Galen, "yaudah jadi pergi gak?" Tanyaku, dan dijawab dengan anggukannya.
Motorpun melaju diiringi dengan suasana sore hari yang mendukung. Percakapan pun rasanya tak ada henti-hentinya, kita bisa membicarakan semua hal mulai dari hal yang sedih, lucu, kesibukan atau apapun itu.
Ah sangat memalukan, di tengah-tengah perjalanan kenapa perutku harus terus berbunyi! Semoga saja Galen tidak mendengarnya, ya pasti dia tidak akan mendengarnya toh jalanan sedang ramai kan.
Tapi tunggu kenapa dia menepikan motornya ke tempat bakso? Apa? Dia mengajakku ke tempat makan bakso? Tapi dia tidak mendengar perutku yang sedang berdemo kan?
Kami masuk ke dalam, ini pertama kalinya aku di ajak ke tempat bakso oleh Galen, rasanya seperti tidak asing. Aku sudah terlebih dulu duduk dekat meja sebelah pojok tempat makan bakso itu, sedangkan Galen memesankan baksonya. Kami melanjutkan percakapan dari motor tadi, pikiranku sudah tidak bisa fokus sekarang mungkin karena aku sudah sangat lapar. Tak lama pesanan kami sudah datang.
"Loh sejak kapan kamu suka kecambah?" tanyaku. Ia tampak keheranan atas peetanyaanku, "memangnya kenapa?" tanyanya balik.
"Bukannya dulu kamu gak suka kecambah? Sejak kapan suka?" tanyaku lagi sembari memakan bakso. Ia terdiam, tak terdengar jawaban atau pertanyaan lagi darinya.
"Haduh kebiasaan pasti kepedesan kan? Makanya jangan banyak tuang sambel, huh lemah!" ledekku
"Ra?" Dia memanggilku dan aku hanya berdehem saja menikmati makananku. "Can i ask something?" lanjutnya, dan aku hanya membalas dengan anggukan.
"Seneng gak, aku ajak makan bakso lagi?" Tanyanya. Akupun tertawa, aneh sekali tiba-tiba dia menanyakan ini ya pasti dia sudah tau kan jawabanku apa? Harus dipertanyakan lagi?
"Hahaha... ya pasti seneng dong. Udah lama tau kita gak makan bakso lagi, ya meskipun tempatnya beda tapi or-" ucapanku terhenti olehnya.
"Orangnya juga beda Ra." ucap Galen, "aku Galen bukan Ayzan" lanjutnya.
Hening.
"Maaf" ucapku menundukan kepala, "maaf Gal..." . Mungkin hanya kata itu saja yang terus keluar dari mulutku sendari tadi. Aku tidak mengerti kenapa aku terus mengatakan kata itu, aku juga tidak mengerti apakah ini karena bentuk penyesalan pada Galen atau karena gagal melupakan Ayzan?
Galen menghembuskan nafasnya yang terdengar begitu berat. Pelahan tangannya menepuk pundakku pelan, jemarinya mengelus-elus lembut pundakku seperti sedang menenangkan.
"Hey, It's okey. Kenapa minta maaf, hm?" Tanyanya.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku pelan. Ah, sial. Perasaan tadi perlahan muncul kembali, kali ini aku benar-benar merasakan seolah Ayzan ada bersamaku. Pikiranku rasanya seperti sedang berperang. Di satu sisi aku sadar bahwa dia adalah Galen namun sisi lain aku tidak ingin sadar bahwa dia adalah Galen.
"Maaf karena sampai sekarang aku masih mencarinya dia di diri orang lain, "tuturku.
"Aku baru sadar sendari tadi kau sedang berbicara dengan Ayzan bukan denganku. Kau mengatakan kita sudah lama tidak bertemu padahal kita sudah bertemu. Aku gak marah Ra jika kamu menganggapku sebagai Ayzan, aku tau gak gampang buat lupain seseorang yang udah bertahun-tahun kan Ra?" Tanya Galen.
Sungguh kali ini aku sangat menyesal, aku benar-benar telah melukai perasaan Galen. Dan jujur saja, ini alasanku tidak ingin bersama siapapun. Karena pada dasarnya aku selalu mencari Ayzan pada diri orang lain, aku selalu dejavu untuk melakukan hal bersama. Dan dejavu itu sangat menyakitkan.
Komentar
Posting Komentar