Kucing Bernyanyi
ilustrasi gambar: pinterest
Molen, si kucing putih dengan bulu yang lebat. Kici, si kucing berwarna abu itu adalah sahabat karib Molen. Kucing yang berwarna kuning bernama Pio, sedangkan yang berwarna coklat dengan sedikit garis kuning itu adalah cici.
Mereka hidup berdampingan dengan sangat tentram dan damai, sering melewatkan hari bersama-sama adalah rutinitas yang mereka jalani setiap harinya.
Besok lusa adalah hari spesial untuk semua para kucing, karena hari itu merupakan hari festival yang hanya diadakan setiap satu tahun sekali.
Festival ini bukan hanya sekedar perayaan biasa saja, melainkan merupakan ajang kompetisi untuk memilih siapa yang berhak menjadi pemimpin paduan suara untuk tampil dihadapan para keluarga kerjaan kucing nanti.
Semuanya sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti kompetisi yang ada dari festival ini, begitupun dengan Molen dan teman-temanya yang begitu bersemangat menyambut festival ini. "Ah, aku sangat ingin bisa memimpin paduan suara nanti," ucap Kici dengan penuh semangat.
"Wah... kamu sepertinya sudah banyak latihan ya?" Tanya Molen.
"Ah tidak, aku tidak perlu latihan. Suaraku pastinya sudah bagus untuk menjadi pemimpin paduan suara itu" jawab Cici dengan sedikit sombong.
"Sebagus-bagusnya suaramu, tapi kamu perlu latihan untuk mengasah suaramu lagi" ucap Kici.
"Syutt... kalian terlalu berisik. Sudahlah untuk apa kalian latihan, pastinya aku yang akan terpilih menjadi pemimpin panduan suara lagi" ucap Cici dengan sombong.
"Awas jangan terlalu sombong nanti suaramu tiba-tiba hilang, kan gak lucu hahaha... " celoteh Molen yang membuat semuanya tertawa.
Semakin dekat dengan festival, semakin banyak pula para kucing berusaha berlatih untuk mendapatkan kemenangan yang mereka impikan. Begitupun dengan Molen dan teman-temannya, tanpa terkecuali dengan Cici yang semakin lama semakin bermalasan untuk latihan.
Dia beranggapan pasti dia yang akan memimpin paduan suara seperti tahun-tahun lalu, "ah pasti aku yang akan terpilih lagi, untuk apa latihan hanya buang-buang waktu saja," pikirnya.
Festival pun tiba, semua kucing sudah bersiap dengan penampilan mereka yang terbaik. Para peserta yang mengikuti kompetisi bernyanyi pun sangat bersemangat, semua bernyanyi sangat merdu begitupun dengan Molen, Kici, dan Pio. Akhirnya perlombaan pun selesai, latihan yang mereka telah jalani selama beberapa hari membuahkan hasil. Meskipun tidak terpilih sebagai pemimpin panduan suara, namun mereka bangga karena bisa masuk dalam barisan terdepan panduan suara.
Berbeda dengan Cici. Jangankan untuk menjadi pemimpin, ia malah tidak berhasil lolos masuk ke dalam barisan panduan suara. Hal ini dikarenakan suara Cici yang tiba-tiba menghilang saat bernyanyi.
Cici berlari meninggalkan festival, ia duduk di batu besar seberang sungai, dan disusuli oleh teman-temannya.
"Kenapa semuanya jadi begini? Harusnya aku yang menjadi pemimpin paduan suara..." ucap Cici sembari tersedu-sedu.
"Tidak apa-apa Ci, kamu kan sudah pernah menjadi pemimpin paduan suara." Ucap Kici yang mencoba menenangkan Cici.
"Ah menjengkelkan sekali! Aku payah. Bahkan aku tidak bisa masuk ke dalam barisan paduan suara seperti kalian" ucapnya kesal. Molen dan yang lainnya hanya bisa saling melirik dan menenangkan Cici.
"Aku sangat tidak suka padanya. Dia pasti berbuat curang, aku yakin itu. " Ketus Cici melirik pada kucing hitam yang berhasil terpilih menjadi pemimpin paduan suara.
"Loh, kenapa kamu menuduh dia Ci?" Tanya Pio.
"Ya pasti dia berbuat curang, mana mungkin suara dia bisa mengalahkan suaraku yang pernah menjadi pemimpin panduan suara" jawab Cici dengan nada bicara yang masih sombong. Teman-temannya hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.
"Suara dia bisa sebagus itu karena dia sering latihan, dia ada usaha untuk menang. Memangnya kamu pernah latihan?" Tanya Molen.
"Untuk apa latihan, suaraku sudah bagus." jawab Cici.
"Lalu kenapa kamu tidak menang?" Kini giliran Kici yang bertanya, "Ya karena suaraku tiba-tiba menghilang, jika saja suaraku tidak hilang aku yang pasti akan menang" jawab Cici.
"Itu kamu tahu, jika saja kamu latihan pasti suaramu tidak akan hilang. Kamu hanya ingin menang tapi tidak ingin berusaha" ucap Pio
"Memangnya semua kemenangan harus ada usaha?" Tanya Cici
"Harus dong Ci, kamu tidak ingat dulu waktu kamu menang gara-gara apa?" Tanya Pio balik
"Gara-gara dulu aku sering latihan. Aku sangat ingin menjadi pemimpin panduan suara, makanya terus belajar bernyanyi" jawab Cici.
Molen, Kici, dan Pio tersenyum mendengar jawaban dari Cici. Selang beberapa detik, Cici rupanya baru menyadari jawaban yang dia lontarkan. Kemenangan yang dulu dia dapatkan merupakan hasil usaha yang telah dia lakukan.
Cici menangis, dia menyesali dan menyalahkan dirinya sendiri. Harusnya dia ikut berlatih juga, andai saja dia mendengarkan ucapan dari teman-temanya untuk latihan pasti kemungkinan dia akan masuk dalam tim panduan suara.
"Maafkan aku teman-teman, harusnya aku mendengarkan ucapan kalian. Aku menyesal, aku sudah terlalu sombong" ucap Cici dengan terisak.
"Sudah jangan menangis lagi, masih ada kesempatan untuk menjadi pemimpin panduan suara tahun depan" ucap Molen.
"Dan ingat, lain kali jangan terlalu menyombongkan diri ya." ucap Pio sembari mengedipkan mata sebelah.
"Eh dan satu lagi. Jangan menyerah ketika gagal, tetap berusaha untuk menang. Semangat latihan untuk kita semua" Tambah Kici.
Cici sudah berhenti menangis, ia kini bersungguh-sungguh akan berusaha untuk menjadi pemimpin panduan suara tahun depan. Kini mereka pun kembali menuju festival untuk menikmati acara lainnya yang sedang berlangsung.
Komentar
Posting Komentar