Kehidupan di tengah Keberuntungan


Pernah dengar atau bicara ucapan ini?

"Pengen deh jadi cakep. Kapan ya aku jadi cakep? Kayanya enak deh jadi orang cakep, selalu bisa apa yang dia dapetin!"

Mungkin untuk sebagian orang yang mendengar ucapan ini akan merasa kesal, terkesan seperti merendah untuk meroket, bukan begitu? Lalu jika kalian mendengar seseorang berbicara seperti ini, apa kalian pernah membalasnya dengan ucapan seperti, "Terus kalau kamu gak cakep, aku apa?" 

Pernah? Jangan lagi ya. 

Ayolah! Jika tidak ingin mendengar keluhan mereka, sebaiknya tidak perlu membandingkan dirimu dengan dirinya. Berbicara seakan kamu lebih menyedihkan dari mereka, tidak akan membuat orang lain kasihan. Dengarkan saja jika mereka berbicara, jangan membandingkannya dengan dirimu. Karena kamu dan dia tidak sama, cukup menjadi telinga untuk ocehan mereka. 

Biasanya orang yang tidak pernah percaya diri dan selalu merasa kurang dalam penampilan, adalah orang yang pernah menjadi korban dari beauty privilege. Orang-orang ini tidak pernah merasa dihargai oleh disekitarnya.

Apa itu beauty privilege?

Dikutip dari artikel dreamtalent.id menjelaskan bahwa beauty privilege adalah mereka yang dianggap menarik sesuai standar kecantikan di masyarakat akan mendapat keberuntungan dan lebih diutamakan.

Dampak dari Beauty privilege ini sangat berperngaruh untuk kehidupan, terutama kepada orang yang menjadi korban dari beauty privilege ini. Mereka akan selalu merasa bersalah pada dirinya sendiri, karena tidak bisa mengikuti standar yang ada di sekitarnya. Selalu merasa sedih dan terkucilkan, bahkan tidak jarang mereka selalu disalahkan atas perbuatan yang mereka lakukan. Padahal perbuatannya tidak merugikan siapapun.

Tidak heran jika zaman sekarang banyak yang berlomba-lomba untuk mendapat kecantikan sesuai standar yang ada di masyarakat.
"lebay banget cuma gitu doang. ga bersyukur?" Mungkin untuk seseorang yang belum pernah menjadi korban dari kasus ini, tidak akan merasakan pahitnya dampak tersebut.  

Pelaku dari beauty privilege bukanlah orang disandingkan dengan sang korban, melainkan masyarakat sendiri lah yang menjadi dalang utama dari kasus ini. Mereka menciptakan standar kecantikan mereka sendiri, padahal kenyataannya setiap wanita memiliki standar kecantikan mereka masing-masing. 

Merubah suatu penampilan demi mendapatkan keadilan itu memang sangat menyakitkan. Posisi ini menunjukan dimana kita harus meninggalkan semua kenyamanan, hanya untuk sebuah kehidupan damai di tengah-tengah ketidakadilan.

Masalah beauty privilege ini nyata dan benar adanya, bukan hanya sebuah kata saja. Masalah ini pula sangat sulit untuk kita hindari. Karena dimanapun kita berada masalah ini akan sering dijumpai, ntah itu kepada kita sendiri ataupun orang lain.

Namun, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menyikapi masalah ini. Kita bisa mulai lebih mencintai diri sendiri dengan cara lebih percaya diri sendiri, mulai belajar bahwa,  "ya, ini adalah aku. Aku yang seperti ini loh, aku yang nyaman dengan hidupku tanpa harus mengikuti standarmu". 

Tidak membandingkan dirimu dengan orang lain, mulai merubah cara pola berpikir dan merasa bangga atas suatu pencapaian yang kamu miliki adalah salah satu cara memerangi pemikirian tentang beauty privilege ini.

Masalah beauty privilege tidak selalu menguntungkan loh! Hal ini bisa menimbulkan sisi negatifnya juga. Mereka yang dianggap sebagai orang yang punya keberuntungan ini, juga ikut menjadi korbannya. Apresiasi dan komentar bagus yang mereka terima akan dianggap sebagai suatu keuntungan dari modal tampangnya, padahal kita tidak tahu sejauh mana mereka berjuang demi mendapatkan hasil tersebut. 

Kita tidak bisa menyalahkan atau merasa bahwa kita lebih rendah dari orang yang mendapatkan keberuntungan ini. Karena standar kecantikan yang sebenarnya tidak bisa hanya dinilai melalui penglihatan saja. Jangan takut untuk menjadi diri sendiri, jangan merasa bahwa kita tidak akan mendapat keberuntungan. Tidak ada yang salah pada diri sendiri, hanya salah tempat untuk dihargai. 


Komentar

Postingan Populer