Hidup dengan Nama Orang Lain
Apa itu nama?
Dikutip dari exoinsight.com, nama adalah indentitas diri yang harus dimiliki oleh setiap orang. Selain disebut sebagai do'a, nama sangat penting karena dengan sebuah nama bisa mempengaruhi kepribadian dan penampilan si pemiliknya.
Lalu apakah manusia bisa hidup tanpa sebuah nama?
Jika nama sebagai identitas diri, bagaimana dengan seseorang yang hidup dengan nama orang lain? Bukan. Bukan dia tidak punya nama sendiri, namun dia lebih dikenal dengan nama lain.
"Memang ada yang seperti itu? Hidup dengan nama orang lain?"
Untuk sebagian orang yang belum pernah mengalaminya, mungkin akan aneh mendengarnya. Karena tidak akan bisa merasakan bagaimana tidak terlihat oleh orang lain, meskipun didepan mata.
Dulu, aku tidak banyak mengenal dan dikenal orang. Keadaan itu berubah ketika aku mulai berteman dengan orang yang memiliki popularitas. Aku bahagia bisa berteman dengannya, karenanya aku juga ikut dikenali dan dianggap ada oleh orang lain.
Rasanya sangat bahagia bisa dikenal oleh banyak orang, terutama untuk aku sebagai orang biasa. Awalnya keadaaan semua nampak biasa saja, aku bisa hidup di samping dia dengan diriku sendiri. sekali lagi aku jelaskan "dengan diriku sendiri", hanya dengan sebuah raga tanpa nama.
Meski aku sudah memperkenalkan diriku, mereka tidak terlalu peduli akan siapa namaku. Mereka hanya peduli aku temannya siapa.
"Hai, temennya A ya?"
"Temennya A? Sendiri aja nih, tumben gak sama A. Dia kemana?"
"Oh kamu temennya A itu."
Perasaanku sedikit mulai risih mendengar panggilan itu. Perlahan aku mulai sadar bahwa aku sudah kehilangan namaku sendiri. Aku lebih dikenal sebagai temannya temanku, bukan sebagai diriku.
"Eh kamu temannya si A kan?"
"Aduh, aku lupa namamu. Tapi bener kan, kamu yang sering sama si A itu?"
"Masa gak kenal dia? Itu loh dia yang sering sama si A, aku juga lupa sih namanya siapa."
Aku menjadi terkenal, namun dengan cahaya orang lain. Rasanya sangat sedih harus memakai nama orang lain untuk mengenali diriku. Kesedihan ini bukan karena aku tidak terkenal seperti temanku, melainkan kesedihan ini karena aku harus mulai kehilangan namaku sendiri. Nama yang seharusnya menjadi indentitasku.
Di kisah ini aku bagaikan menjadi sebuah bulan, yang hanya bisa memantulkan cahaya dari matahari. Aku selalu berusaha memiliki cahayaku sendiri. Aku juga ingin punya cahaya, namun kenyataannya bulan tetaplah bulan.
Pernah ada perasaan sedikit menyesal dan cemburu. Jika diperbolehkan, sejujurnya aku lebih baik memilih tidak terkenal dari pada harus terkenal dengan nama orang lain. Aku keliru akan hal ini, aku bingung apa yang harus aku lakukan?
Apa aku harus mulai sedikit menjauh dari temanku, untuk mengembalikan namaku? Atau aku harus tetap bertahan meski dengan nama orang lain? Rasanya sangat sulit menjadi bintang bahkan untuk diriku sendiri.
Komentar
Posting Komentar