Siapa Yang Salah?




Kebanyakan orang setuju jika masa remaja adalah masa yang paling sulit untuk dilupakan. Masa dimana kita bisa merasakan kebahagiaan, kesedihan, dan kehilangan dalam satu waktu. Siap tidak siap, mau tidak mau semua pasti akan merasakan masa ini. 

Namun, sekarang banyak sekali remaja-remaja yang menyalahgunakan masanya untuk berbuat hal yang seharusnya tidak dilakukan. Masa yang seharusnya digunakan untuk mengembangkan kreatifitas malah digunakan untuk terjerumus dalam pergaulan bebas. Tidak hanya kehilangan masa depan, namun akan kehilangan semuanya. 

Apa ini semua kesalahan dari para remaja yang hanya ingin coba-coba? Tidak semuanya begitu. Pergaulan bebas bisa juga disebabkan karena tidak adanya pengawasan dari orang tua, tidak ada rumah yang bisa mereka jadikan sebagai tempat berlindung. Justru mereka malah menemukan rumah di luaran sana, bahkan mereka tidak tau apa rumah itu aman atau tidak? Yang mereka tahu rumah itu sangat nyaman.

"Memang ada yang seperti itu?"

Dan jawabannya ada. Ini adalah kisah fiksi Asha, gadis berambut pendek yang hidup dalam kesendirian selama bertahun-tahun. Tidak punya teman itu hal biasa di hidupnya, jika ditanya dia sedih atau tidak? Pasti dia menjawab "tidak". Asha ini gadis pembohong, untuk usianya sekarang sangat tidak masuk akal jika dia tidak sedih hidup tanpa seorang teman.  

Pandangan orang lain jika melihat dirinya sangat berbeda dengan apa yang dia jalani. Mereka tidak mengenal dirinya, mereka hanya mengenal namanya saja dan beranggapan Asha adalah gadis beruntung. 

Beruntung? Beruntung dalam hal apa? 

Maksudnya beruntung karena memiliki rumah mewah, begitu? Atau beruntung karena memiliki keluarga yang peduli dengannya? Sudahlah! Asha sudah muak dengan julukan "gadis beruntung", karena pada kenyataannya Asha adalah gadis yang terkurung. Mereka tidak akan pernah tahu rasanya terkurung di rumah sendiri. Rumah yang seharusnya jadi tempat berlindung dari badai, malah menjadi angin untuk badai itu. 

Peran keluarga telah hilang dihidupnya, lantas kepada siapa dia harus bercerita tentang hal yang sudah dia lewati? Kehidupannya monokrom, entah kapan seseorang bisa melukis di ruangan polos ini. 

Perdebatan, benda terbang, teriakan, sudah bukan hal yang baru untuk Asha. Lelah sekali... gendang telinganya hampir pecah jika mendengar keributan di luar sana. Demi menjaga kewarasannya, Asha memutar lagu dengan sangat keras dari ponsel nya. Ketika melihat ponsel, senyumnya merekah setelah membaca notifikasi pesan masuk. Dia baru ingat, sekarang dia memiliki seorang teman. 
Iya. Teman. 

Mereka baru saja berkenalan, dari salah satu aplikasi yang sedang populer dikalangan remaja saat ini. Mulanya nampak terasa biasa saja, namun lama kelamaan Asha sedikit nyaman dengan teman barunya. Begini ya rasanya berbagi cerita dengan teman? Sederhana namun bagi Asha itu suatu yang sangat istimewa. Hari-hari muram yang dia jalani, kini ada sedikit cahaya yang menerangi jalannya. 

Asha tidak perlu khawatir lagi jika ibunya akan marah-marah, karena dia berteman dengan orang sembarangan. Bagaimana ingin marah-marah? Ibunya tidak akan tau jika Asha memiliki teman yang selalu mendengarkan ceritanya setiap hari. Semenjak mengenalnya, Asha tampak lebih ceria dan bersemangat untuk melewati semuanya. Namun, di balik sisi positif pasti ada negatifnya. Akhir-akhir ini Asha selalu mengabaikan tugasnya, melupakan jam tidurnya, hanya untuk berbicara seharian dengan temannya.

Asha sering bertemu diam-diam setelah jam pulang sekolah. Dia mulai berbohong pada orang tuanya supaya tidak ada yang menjemputnya, dikarenakan dia akan pulang sedikit terlambat. Sikapnya yang semakin hari semakin berubah, pada akhirnya menyebabkan nilai Asha menurun dengan sangat drastis. Dia yang selalu berada di posisi atas kini tertinggal di bawah. 

Lagi dan lagi, pertengkaran di rumah itu sedang terjadi. Ayahnya menyalahkan semua masalah ini pada ibunya, karena tidak becus mengurus satu putri saja. 

"Lihat! memalukan sekali, nilainya jauh dari atas rata-rata. Mengurus satu anak saja, kamu sudah tidak bisa!" teriak ayah Asha dengan lantang,  "kenapa kamu selalu menyalahkan semuanya padaku mas?" Balas ibu Asha dengan suara yang tak kalah lantang juga. 

Ayah Asha menatap istrinya dengan tajam,"karena dia sepertimu! Tidak tau aturan" ucapnya berjalan pergi sembari memecahkan vas bunga. Ibu Asha hanya bisa terdiam, dengan emosi yang sudah sangat memuncak, kemudian dia pergi ke kamar Asha.

"Asha...Asha...Asha" teriaknya memanggil nama putrinya, "sudah ibu bilang kan, kamu jangan banyak bergaul dengan teman yang sembarang, kamu dengar ibu tidak?" teriaknya membangunkan Asha yang sedang tertidur pulas.

Asha yang dibangunkan secara tiba-tiba, membuat dirinya merasakan pusing yang sangat hebat. Mata dia merah dan sedikit bengkak, seperti habis menangis. 

"Iya bu, Asha minta maaf. Asha akan berusaha lebih keras lagi" ucapnya pelan sembari menundukan kepala. 

Ibunya terus berbicara tanpa berhenti, kepala Asha serasa ingin meledak. Dia terus memijat-mijat kepalanya dengan pelan, mencoba untuk bertahan. Namun semakin lama semakin lemas badannya, akhirnya dia jatuh pingsan.

Setelah beberapa jam pingsan, Asha terbangun dan menatap ibunya yang tengah duduk di samping kasur dengan tatapan kosong ke depan. Asha kemudian memegang lembut tangan ibunya sembari berkata, "bu, Asha minta maaf untuk semuanya, Asha janji mulai sekarang Asha gak bakal langgar perintah ibu lagi." 

Ibu Asha menatapnya dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan. Tatapan dati ibu sangat kosong dan datar, membuat Asha kebingungan sendiri.

"Bu, kenapa?" Tanya Asha. 

"Sha, ibu gagal ya menjadi seorang ibu?" Tanya ibunya secara tiba-tiba, pertanyaan itu membuat Asha semakin merasa bersalah, "ibu bilang apasih? Pasti ayah yang bilang kan? Engga bu, ibu gak gagal kok percaya sama Asha" ucap Asha

"Bohong!" Bentak ibu Asha, "ibu udah berapa kali bilang, jangan coba-coba untuk bohong sama ibu, Sha." 

"Bohong apa? Asha gak boh-" ucapannya terhenti ketika ibunya menunjukan beberapa bekas alat cek kehamilan. Asha terdiam, matanya membulat dengan sempurna.

"Jelaskan pada ibu, kenapa ini bisa ada di kamarmu?" tanya ibunya, Asha masih terdiam. Kali ini dia tidak bisa menjawab pertanyaan ibunya, sebaik-baiknya dia menyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga. 

"Ini bukan punya kamu kan? Iyakan Sha? Mana mungkin anak ibu pakai hal kaya gini" ucap ibunya untuk menenangkan dirinya, "Asha sayang, ini bukan punya kamu kan nak?" Lanjutnya sembari mengusap pipi Asha dengan lembut.

"Maaf." Ucap Asha memejamkan matanya, satu kata itu berhasil membuat usapan lembut menjadi sebuah tamparan yang sangat keras. Asha terjatuh, dia memegang pipinya yang sangat merah. Asha sangat sakit, tapi bukan oleh tamparan melainkan ucapan yang telah dia katakan. 

"Siapa ayahnya?" Tanya ibu dengan tatapan dingin, lagi dan lagi Asha tidak bisa menjawab pertanyaan ibu. 
"Siapa Asha?" tanya ibu kembali dengan nada tinggi, 

"Raka" jawab Asha, "tapi Asha gak tau Raka dimana sekarang, dia menghilang" lanjutnya.
Ibu melirik pada Asha dengan tatapan terkejut, dia kembali teringat kejadian beberapa tahun lalu. Hatinya hancur sekarang, putri satu-satunya yang dia kira dia bisa menjaganya ternyata sudah masuk dalam hal yang tidak disangka. 

Plak 

Satu tamparan tepat mengenai pipi lembut Asha lagi. 

"Bu Asha minta maaf" lirih Asha dengan tersedu-sedu, ia bersujud pada kaki ibunya sembari terus melontarkan kata maaf.

"Bagus sekali, ibu dan anak sama saja. Sama-sama tidak bisa menjaga kehormatannya!" Tegas seseorang dari pintu yang sendari tadi hanya melihat drama yang sedang terjadi.
Ayah masuk ke kamar Asha, dia tersenyum smrik mendengar perkataan Asha. Sangat jauh di luar dugaan dirinya, Asha terlah melewati batas yang telah dibuatnya. "Sangat memalukan,cih" ucapnya.

"Ayah, Asha minta maaf" lirih Asha.

"Apa permintaan maaf mu bisa mengembalikan martabat keluarga ini?" Bentak ayah, dan pada akhirnya ayah akan menyalahkan kesalahan yang Asha perbuat pada istrinya. Kenapa? Kenapa harus ibu Asha yang selalu disalahkan? Apa ini semua tanggung jawab ibunya dalam merawat Asha? 

"Sudah hentikan!" Teriak Asha menghentikan perdebatan yang sedang terjadi, "apa kalian tidak bosan dengan perdebatan ini tiap hari? Asha muak yah, bu. Kenapa kaliam selalu mempersalahkan semua masalah dengan kepala panas? Asha tau Asha salah, tapi apa semua ini kesalahan Asha? " tanya dirinya dengan memberanikan diri.

"Lalu kau menyalahkan siapa? Ayah? Ibu?" Tanya ayah 

"Iya. Ini kesalahan kalian juga, kalian terlalu sibuk dengan perdebatan sampai lupa jika kalian memiliki putri yang tidak tuli. Apa kalian pernah bertanya keadaanku bagaimana? Apa kalian tau aku merasa kesepian? Atau aku merasa sedih? Kalian tidak pernah menanyakan itu, yang kalian tanya hanya nilai,nilai,nilai dan nilai. Dari kecil sampai aku dewasa, kalian gak pernah sekalipun memegang tanganku saat aku jatuh." Teriak Asha dengan suara yang gemetar

"Aku. Aku dikurung di rumahku sendiri, aku ingin punya teman, aku ingin seperti remaja yang lainnya. Mereka menjauhiku karena ayah dan ibu selalu melarang dan mengancam mereka. Aku kesepian di tengah keramaian, gak ada yang mau mendengar keluhanku selain Raka pada saat itu. Aku salah, aku kira Raka adalah pria baik. Aku akui, aku memang bodoh tapi siapa yang akan menolak jika ada tangan yang mau memegangnya saat dia di tepi jurang." Lanjut Asha dengan berderai air mata.

Ibu dan ayah terdiam sejenak, ibu memikirkan perkataan Asha, apa selama itu Asha merasakan sakit yang dia tahan. Asha benar, dirinya tidak pernah ada saat Asha terjatuh, dia hanya bisa menyuruh Asha untuk bangkit sendiri tanpa memberi tahu caranya. 

"Lihat! Gadis remaja ini sudah bisa melawan, dia sama sepertimu." Ucap ayahnya dan mulai menyalahkan ibu Asha, ini yang membuat Asha bingung kenapa ayahnya selalu saja menyalahkan semua kesalahan pada ibunya. 

"Ini salahku, bukan salah ibu. Kenapa ayah selalu menyalahkan ibu untuk semuanya? Apa ayah pernah memenuhi tugas ayah sebagai seorang ayah untukku? Tidak." Tegas Asha.

"Karena kau bukan putriku!" Tegasnya. Asha terdiam, akhirnya pertanyaan yang selalu ada dipikirannya kini terjawab juga. Pantas saja selama ini ayahnya tidak pernah memperlakukan seperti ayah dan anak. 
Banyak sekali pertanyaan yang mulai bermunculan, lalu dia anak siapa? Siapa orang tua kandungnya? Dia melirik pada ibunya dengan tatapan penuh pertanyaan. Ibu hanya diam saja, dirinya bingung harus mulai menjelaskan dari mana.

Akhirnya ibu menceritakan semua yang terjadi, kebenaran pun terungkap. Asha adalah putri kandung ibunya namun bukan dengan ayahnya yang sekarang, melainkan dengan pria yang tidak bertanggung jawab. Ya, Asha adalah anak di luar nikah yang disebabkan oleh ibu dan mantan kekasihnya dulu. 

Ayah menikahi ibu saat kandungan ibu sedang 2 bulan, dan hal itu terungkap setelah pernikahan terjadi. Sejujurnya ibu tidak ingin membohongi ayah, namun ini paksaan dari kedua orang tuanya demi menyelamatkan martabatnya. 

Setelah beberapa bulan kejadian yang menimpa keluarga Asha, ayah dan ibu memutuskan untuk berpisah. Rumah megah yang setiap sudutnya penuh dengan drama kini dijual. Ayah pindah keluar kota sembari bertugas, sedangkan Asha memutuskan berhenti sekolan dan ikut dengan ibunya yang pindah juga. Asha berharap semoga nanti tidak ada Asha lainnya yang bernasib sama. 

Komentar

Postingan Populer